Minggu, 08 November 2015

Pahlawan Hati

Disela kerinduannya, mama tidak pernah luput menceritakan kesetiaan seorang pria terhebat didalam hidupku..

Di saat aku masih dalam buaian, kau rela mengambil alih semua pekerjaan rumah, mencuci piring, menyapu rumah bahkan mencuci pakaian pun akan engkau lakukan, agar mama dapat fokus menimangku. Padahal tugas kantormu tidak pernah putus engkau bawa silih berganti ke rumah dengan gajimu yang belum seberapa.
Di lelap tidurku saat ku masih dalam buaian, kau rela tidak tidur untuk menjagaku dari gigitan nyamuk. Dan mama bilang, jika ada seekor nyamuk yang lolos menghisap darahku kau tak akan pernah putus asa untuk mencarinya sampai dapat, sambil berkata "aku gak akan pernah rela kau menghisap darah anakku"

Saat aku mulai senang bermain, mama selalu kau beri pesan sebelum pergi ke kantor agar tidak membiarkan aku barmain keluar rumah, karena engkau tidak mau aku terluka ketika aku jatuh. Tapi ayah aku tetap merengek kepada mama untuk meminta keluar. Saat aku sudah mulai pandai membaca, engkaulah yg memperkenalkan aku kepada Al Qur'an. Masihku ingat, Al Qur'an yang kau beri kepadaku bersampul emas berkilat. Agar aku senang membaca dan membawanya ke madrasah.

Ayah, badanmu yang tinggi tegap dan berwibawa dengan wajah datar membuat teman laki-laki disekolahku begitu segan dan sungkan kepadamu. Sehingga mereka berpikir ulang untuk bermain ke rumah. Aku sangat senang dengan hal ini ayah. Padahal hatimu begitu lembut.

Ayah, engkau adalah laki-laki yang tegar. Aku tak pernh melihat engkau marah kepada Allah atas penyakit yang kau derita hingga Allah mengambil dahulu 2 jari kakimu 4 tahun lalu. Semoga Allah menghapus dosa-dosamu dari penyakit yang kau derita ayah.

Engkau memang laki-laki yang tegar ayah, dengan terpapah-papah engkau mampu menyelesaikan ibadah hajimu tanpa terpaksa. melangkah dengzn 8 jari kaki dengzn kondisi luka basah aku rasa sangat sulit ayah. Semogz Allah menerima amal ibadah hajimu.

Ayah, aku masih sangat bersyukur kepada Allah, karena telah memberikan kesempatan kepadaku berada disampingmu untuk menuntunmu mengucapkan kalimat tauhid ketika engkau menghadapi sakratul maut.

Ayah, engkau begitu tenang dalam menjalankan prosesnya. dengan nafas yg sedikit-sedikit engkau masih menatapku ingin memberi pesan bahwa engkau akan permisi untuk pulang dahulu.
Dan sekecup cium dan peluk saat itu, aku rasa akan menjadi kenangan terakhir untukku.
Ayah, saat kain kafan itu membalutmu, engkau terlihat begitu tampan ayah. Semoga Allah selalu merahmatimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar