Selasa, 10 November 2015

Aku bangga menjadi Muslimah! (1)


Pada tahun 1500 M, Eropa menyaksikan kebiadaban yang sangat tidak berperikemanusiaan terhadap perempuan. Sebanyak sembilan juta perempuan dibakar hidup-hidup oleh sebuah Dewan Khusus, yang sebelumnya mengadakan pertemuan di Roma, Italia, dengan sebuah kesimpulan bahwa "kaum perempuan tidak mempunyai jiwa". Kemudian di Yunani, Lembaga Filsafat dan Ilmu Pengetahuan memandang perempuan secara tirani dan tidak memberinya kedudukan berarti di masyarakat. Mereka menganggap bahwa wanita sangat rendah. 

Sampai beberapa abad kemudian perempuan tetap menjadi objek penderitaan dan di anggap sebagai sumber besar dari kekacauan dan perpecahan dunia. Bangsa Yunani dan Romawi berkeyakinan bahwa perempuan itu pikirannya lemah dan pendapatnya emosional. Karena itu mereka meremehkan dan bahkan tidak menerima pendapat perempuan.

Itulah sepenggal kalimat yang saya ambil dari pembuka buku "Keakhwatan 1", sangat mengiris hati dan seakan alam bawah sadarku mengantarkanku ke zaman kepedihan itu, merasakan penderitaan yang tiada habisnya seakan menganggap semua ini tidak adil. eitss... jangan sedih yah akhwat-akhwat, tenang.. karena kita sudah di angkat kemuliaannya oleh Sang Rahiim di bawah panji agama yang mulia "Islam". 

Untuk malam ini, kutipan mutiara yang akan saya tuliskan di blog ini ialah dari sebuah buku yang sudah saya sebutkan di atas, yaitu Keakhwatan 1. hehe lagi-lagi saya akan mengutip mutiara-mutiara itu dari buku-buku yang keren. Selagi hobby saya belum berubah yaitu membaca, dan kini hobby menulis yang sempat saya hentikan selama 4 tahun, kini mulai saya tekuni. Cuma enggak sampai profesional banget lah, hanya suka prosesnya saja. ah,, sudah deh.. gagal fokus. ayok kita balik ke pembahasan. 

Begitunya banyaknya penderitaan dan penyiksaan yang pernah di alami oleh perempuan-perempuan terdahulu, Islam lah yang kemudian datang untuk mengubah berbagai persepsi dan perlakuan yang sangat tidak adil terhadap kaum perempuan. Islam datang untuk melakukan pemberdayaan terhadap potensi kebaikan manusia, laki-laki maupun perempuan, agar mereka menjadi hamba yang menaati Tuhannya. Kejahiliyahan telah dihapuskan dengan cahaya Islam, lewat sentuhan tarbiyah islamiyah yang dilaksanakan oleh Nabi kepada umatnya. Di sisi Nabi, Kaum perempuan amat dimuliakan. 

Mereka mendapatkan tarbiyah dari Nabi SAW, dengan diarahkan menuju kepada posisi dan peran yang adil antara laki-laki dan perempuan, Namun, kita harus memahami maksud kata adil disini seperti apa. Bukan berarti ketika laki-laki boleh seharian bekerja di luar untuk mencari nafkah, maka perempuan pun juga harus sama seperti itu. ooo tidak!! Sebelumnya kita harus fahami dulu makna dari kata adil itu seperti apa. Adil asal kata nya dari bahasa arab yaitu ‘adala, alih bahasa nya adalah lurus. Secara istilah berarti menempatkan sesuatu pada tempat/aturan nya, lawan katanya adalah zalim/aniyaya (meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya). Perempuan itu apalagi seorang istri banyak looh tugasnya, melayani suami, mengurusi rumah tangga, mendidik anak-anak, bahkan mengurusi dirinya sendiri adalah juga merupakan kewajibannya, seperti menjaga kecantikan, menjaga kesehatan tubuh, menjaga kebersihan, selalu memenuhi kewajiban akalnya (selalu menambah wawasan dan menghasilkan karya), dan memenuhi kewajiban ruhiyahnya. Jadi perempuan tidak boleh bekerja? boleh-boleh saja, asalkan kewajiban utamanya sebagai seorang perempuan tidak terbengkalai. Ingat! mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki/suami. 

Tarbiyah telah mencerahkan kaum perempuan, sehingga mereka mendapatkan kesetaraan dalam harkat kemanusiaan dan potensi kebaikan. Kegiatan tarbiyah merupakan sebuah proses yang bermaksud menghantarkan pelakunya menuju kepada "kesempurnaan" dalam batas kemanusiaan, yaitu usaha-usaha perbaikan diri dan umat untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Karena di tarbiyah inilah kita terus menambah pemahaman/wawasan terhadap Islam. Para akhwat muslimah adalah bagian dari masyarakat, sebagaimana juga laki-laki, yang harus dipersiapkan segala peran kebaikannya dalam sebuah proses tarbiyah.

Di bawah ini ada beberapa urgensi, mengapa kegiatan tarbiyah bagi akhwat Muslimah di era sekarang ini diperlukan:

Penanaman dan Penjagaan Iman Menghajatkan Kerja yang Serius
Berbagai tawaran kegiatan yang berorientasi kepada pemenuhan nafsu syahwat telah dengan terang-terangan dipromosikan lewat media massa, baik cetak maupun elektronik. Orientasi hidup serbamateri yang ditonjolkan lewat media iklan, pada akhirnya telah menggiring manusia kepada sifat keinginan pemenuhan kebutuhan secara instan, tanpa mempertimbangkan moralitas.

Penanaman nilai-nilai keimanan yang dilakukan dengan cara-cara yang konvensional selama ini bisa terkalahkan pengaruhnya oleh derasnya arus informasi yang secara konsisten menyapa mereka. Banyak kita jumpai pengajian yang lebih sarat unsur seremonial dan formalitas, bahkan kadang lebih banyak nuansa hiburannya dibandingkan dengan esensi pembinaan yang bertahap dan berkelanjutan. Kegiatan tersebut bukan berarti salah atau tidak bermanfaat, sebab hal itu adalah sentuhan awal untuk bisa berinteraksi dengan Islam. Kegiatan untuk sentuhan awal dengan Islam yang penuh nuansa hiburan tersebut bisa tetap dilangsungkan, akan tetapi segera ditindaklanjuti dengan penawaran kegiatan tarbiyah, yang akan membawa masyarakat menuju kepada penanaman dan penjagaan nilai keimanan secara terprogram.

Dengan sentuhan tarbiyah itulah, sentuhan pembinaan keislaman akan bersifat sangat personal, ada perhatian, ada pengarahan, ada optimalisasi potensi diri, ada evaluasi atau proses dan hasil.

Amal Islami Menuntut Kerjasama antarpersonal Daiyah
Kaum muslimin dan muslimat dituntut oleh Allah menunaikan sejumlah amal, baik yang bersifat individual maupun kolektif. Perhatikanlah shalat yang menjadi tiang agama, kewajibannya melekatkan secara individual kepada setiap muslim akan tetapi dituntunkan untuk berjamaah karena akan mendatangkan kebaikan yang berlipat ganda.

Jika kewajiban individual saja menjadi lebih kondusif apabila disertai dengan kebersamaan, apalagi kewajiban dalam amal islami yang jelas-jelas dalam bentuk kolektif. Amal islami memerlukan ta'awun atau tolong-menolong dalam aplikasinya. Untuk bisa membentuk kebersamaan yang memungkinkan adanya proses ta'awun dalam kebaikan, diperlukanlah tarbiyah.

Penyiapan Akhwat Muslimah adalah Darurat dan Bagian Tuntutan Zaman
Gencarnya gugatan terhadap kemapamanan pemikiran Islam selama ini, oleh berbagai kalangan yang menghendaki liberalisasi. Nash-nash tentang perempuan yang dibongkarpaksakan oleh ide pembebasan perempuan, telah menjadi salah kaprah dalam aplikasinya. Gerakan yang semula bertujuan memuliakan perempuan, telah lancang menganulir wilayah agama, bukan pada pemahamannya, akan tetapi dari segi posisi dan esensi ajarannya. Di sisi lain, banyak kaum perempuan dijadikan korban eksploitasi kapitalistik, menjadi bahan iklan, promosi, bahkan ikon parawisata dan devisa negara. Pada akhirnya posisi kaum perempuan terpinggirkan menjadi sekedar hiasan dan promosi, bukan menjadi pelaku pembangunan yang memiliki kesadaran aktif dalam kontribusi.

Di sinilah pentingnya para akhwat Muslimah melakukan pembelaan terhadap kemurnian ajaran syariat Islam. Para akhwat harus disiapkan dengan kegiatan tarbiyah yang terprogram, untuk menjadikan mereka pelaku dakwah, pelaku pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.

Mempersiapkan Generasi Masa Mendatang yang Shaleh Mengharuskan Para Ibu yang Shalehah
Proses pewarisan nilai kepada generasi baru, senantiasa memerlukan kesalehan pelakunya. Artinya, untuk melahirkan sebuah generasi yang unggul dan berkualitas, memerlukan sosok ibu yang berkualitas pula. Para ibu inilah yang akan sanggup melakukan pewarisan nilai-nilai kebaikan secara generatif kepada anak-anaknya.

Kenakalan bukan lagi melibatkan pemuda atau remaja. Kini, anak-anak telah dilibatkan atau terlibat dalam sejumlah kejahatan. dimanakah peran para pendidik generasi dalam kejadian kejahatan oleh anak-anak atau remaja tersebut? 

Ibu yang mengandung dan melahirkan, adalah pihak yang amat dekat secara emosional dengan anak-anak. Maka peran tarbiyah menjadi sangat berarti dalam masalah ini, untuk mempersiapkan para ibu agar memahami kewajiban dan tanggungjawabnya terhadap masa depan bangsa, lewat pendidikan generasi.

Baiklah, cukup sampai disini dulu yak. InsyaAllah akan ada lanjutan di sesi 2. hehe. Jika ingin membacanya lebih lengkap lagi, ayoo segera beli bukunya yak.. Wallahua'lam.. Semoga Bermanfaat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar